Batanghari menangis pilu
angin berderu kabut berdebu
seolah menjadi musim baru
yang menghampiri tiap kemarau mengetuk pintu
Lelah sudah kami menghirup asap
bersemedi dalam rumah tercemar pengap
titik-titik api membakar kalap
kabut kepalang rakus melahap
Hei penguasa, lambannya titahmu bersuara
lihatlah! mata-mata kami telah perih akan air mata
tolong sejenak kerlingmu bermuara
ke kota kami yang juga butuh perhatian cinta
Yskasih080915
Tidak ada komentar:
Posting Komentar