Sabtu, 22 November 2014

DIARY HATI

Jika bijak menasehati orang lain, menebar budi pada orang lain, menarik simpati orang lain, berdandan rapi untuk orang lain, memberi kasih ke orang lain, seakan diri paling sempurna di mata orang lain

Namun untuk istri dan keluarga istri semua keindahan itu tak pernah ada, yang ada hanya kebencian, menolong hanya untuk sebuah pamrih, tak lelah membuat keributan, menyakiti wanita yang dengan setia mendampingi walau berkalung luka dan berderai air mata

Apakah itu adil?
Bisakah dikatakan berakhlak baik, mungkin terhadap orang lain memang baik, tapi bagaimana terhadap wanita yang ikhlas berjuang mempertahankan keutuhan rumah tangga hanya demi tetap melihat cahaya dimata anak-anak tercinta

Hidup serasa tak adil untuk seorang istri yang semata menggantungkan hidup pada lembar rupiah suaminya yang kadang ia dapati melalui gerimis tangis duka

Hidup serasa mengejek untuk sekeping hati yang tulus mengabdi demi menjaga janji suci dan curahan pahala kasih Rabbinya

Hidup serasa tiada guna bagi dirinya yang di pandang tak berharga hanya karena berasal dari keluarga papa dan tak punya kepandaian apa-apa selain menjaga keutuhan rumah tangga dan nama baik suami juga senyum diwajah tua orang tuanya

Demi senyum ibunya, demi cahaya riang dimata buah hatinya, demi rasa kasihnya, ia rela mendekap duka demi duka, mengobat luka demi luka, mengelap cucuran air mata, menampal tiap koyakan derita, di anggap sampah tak berguna, semua ia lalui dengan tabah walau bahagia serasa jauh dari dekap jiwa ~¤¤

TERPASUNG DUKA

Seharusnya, ketika musibah menimpa, tobat adalah hikmah di sebalik malapetaka

Namun apa yang terjadi
usahkan bening air yang keruh bahkan sedikit raib nokhtah hitam pun tiada, lumpur terlalu pekat melekat keji

Lalu apa arti semua pengorbanan?
apa artinya mengalah demi sedikit kebahagiaan
sia-sia rasanya, menanam benih di atas tanah berhama, subur enggan lunglai adanya

Harus berapa banyak lagi air mata tertumpah
harus berapa lama lagi damai menyapa
mengira berseri purnama jiwa
duhai, lara masih betah menyerapah

Dan perlahan
terik meredup terlindap petang membawa kelam memasung ketegaran

YsKasih211114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar